Trouble Maker

Jumat, 16 Desember 2011
Malam ini sepertinya separuh jiwaku dipertaruhkan, dikarenakan aku mengikuti ide gila dalam benakku.meski aku tahu pasti ide tersebut betul-betul tidak masuk akal, aku tetap mengikutinya. Bersama dengan temanku yang dengan santainya mengiyakan ideku, akupun mulai beraksi.
Mengunjungi rumah mantan kekasih, memang sudah biasa. Cuman kali ini, aku mendatangi rumah mantanku yang telah memiliki seorang istri. Ditambah lagi hubunganku dengan istrinya, yang betul-betul tidak terjalin dengan baik.
Pikirku istrinya tidak akan mengetahui. Namun sayangnya,istrinya memiliki daya ingat yang tinggi. Istrinya tahu ,aku pernah menjalin kasih dengan suaminya. Meski kejadian itu terjadi beberapa tahun yang lalu.
Akupun sebenarnya tidak mengerti, mengapa aku nekat mengunjunginya. Padahal kami pisah secara baik-baik.tidak ada dendam, ataupun hutang janji –janji manis. Tapi didalam hati kecilku selalu ada sebuah keinginan, yang tidak menentu arahnya. Aku merasa, dia diperlakukan dengan tidak layak oleh istrinya. Aku tahu ini bukan hakku untuk mengurusi rumah tangga orang. Hanya saja aku merasa dia membutuhkan orang yang mampu mendorongnya, keluar dari kesalahan Dengan menikahi wanita yang lebih memiliki obsesi untuk hidup bersama, ketimbang perasaan cinta yang tulus.
Sesampainya disana istrinya menyambut dengan welcome. Tidak lama kemudian gelagat aneh sudah mulai tercium. Istrinya nekat menghajar diriku habis-habisan. Dikarenakan rasa cemburu yang tidak mampu iya padamkan dan juga, emosi yang begitu meluap.
Saat istrinya betul-betul sudah lepas control, istrinya menangis, membentak suaminya sejadi-jadinya. Dan itu dilakuan dihadapanku dan temanku. Aku merasa harga diri seorang lelaki, yang menjadi kepala keluarga terinjak-injak. Tak ada yang bisa dia lakukan untuk mencegah istriya. Dia hanya diam. Dengan segala ketakutan dalam dirinya.
Sebuah nilai plus buatku, karna aku mampu kabur dari rumahnya, sebelum tangannya mendarat dipipiku. Dan benar saja, segala pertanyaan hatiku terjawabkan.
Aku jadi bingun sendiri, alasan apa yang membuatnya tetap bertahan dengan rumah tanggangnya yang seperti itu. Namun kali ini aku telah berjanji pada diriku, untuk tidak lagi mengusuk rumah tangga orang. Biarkan mereka yang mengatur jalan hidup yang mereka pilih.
Jujur saja aku masih dihantui rasa bersalah yang besar, karena telah mengoyak rumah tangga orang. Namun disisi lain aku bersyukur, karna mampu memetik pelajaran. Bahwa obsesi dan cinta itu berbeda. Dan untuk hidup bersama dengan orang yang kita inginkan, tidak hanya cukup dengan keduanya. Tapi juga harus ada pengertian dan rasa saling menghargai.

too late

Senin, 03 Oktober 2011
Rasanya semangatku untuk kembali melanjutkan segala mimpi, yang telah kuasa bersamanya tidak lagi ada.
Hilang
Buyar…bersama dengan kepergiannya ,bersama seorang lelaki baru dalam hidupnya yang saat ini telah disebutnya sebagai seorang suami.
Entah aku terlambat berapa lama. Mungkin jika aku sempat membalas semua Email dan pesan darinya semuanya tidak bakalan terjadi atau seandainya aku mengabarinya 1 Jam lebih cepat saja,aku yakin,aku yang akan dia sebut sebagai suaminya.
Medan peperangan itu terlalu kejam, sehingga membuatku tidak lagi bias memeluknya atau bahkan hanya sekedar menggenggam tangannya. Aku hanya mampu menatapnya dengan hati yang tidak lagi utuh.
Tuhan…. mengapa aku harus merasakan ini. Seandainya aku tahu dia telah bersanding, saat aku masih berada diperjalanan pulang. Pasti aku akan lebih memilih untuk tetap tinggal dikota asing itu. Dari pada harus melihatnya mengenakan pakaian penganting yang begitu cantik namun bukan aku yang berada disampingnnya,bukan aku yang sebagai pasangannya.
Bodohnya aku mengikuti ide konyol dalam otakku, untuk memberikannya kejutan dengan keberadaanku yang langsung berada didepan matannya. Tapi sekarang semuanya berbanding terbalik. Kali ini,aku yang diberi kejutan , dengan acara pernikahannya yang saat ini masih berlangsung.
Rasanya aku butuh penyangga yang kokoh, kakiku lumpuh, badanku remuk dan hatiku yang tidak lagi bisa kumengerti seperti apa kondisinya saat ini. Namun aku harus tetap berjalan kepelaminan, menyalaminya, dan ikut serta mendoakan kebahagiaannya.
Meski matanya mengisyaratkan. Dia masih dan lebih ingin bersamaku, namun gerakannya lebih pasti, untuk bersama suaminya saat ini.
Maafkan aku yang pergi tanpa member kepastian . Aku betul-betul konsentrasi dengan kerjaku. Demi kebahagiaan hidup kita dan anak-anak kita. Yang mungkin tidak akan pernah ada.

remember me...

Rabu, 14 September 2011
Cuekin saja aku.
Jangan hiraukan diriku.
Tetaplah berjalan seperti apa yang kau mau.
melangkahlah dengan sebuah keyakinan yang pasti.
Lakukan truz apa yang bisa membuatmu bahagia.
Karena sesibuk apapun kau, aku tidak bisa hilang dari ingatanmu.
Sebab aku bukan hanya melekat diotak kecilmu
Tapi
Juga slalu ada dibagian terdalam hatimu.

Menyimpang

Jumat, 17 Juni 2011
Sebut saja ini sebagai proses pencarian jati diriku yang sebenarnya.
Menentukan pilihanku sebagai orang yang menyimpang,sungguh bukan hal yang mudah dilakukan.Dan kali ini,Aku sudah tidak sanggup lagi menahan kepura-puraanku.
Sandiwara yang setiap hari harus kulakukan,sekarang sudah tidak bisa lagi untuk kuteruskan.
Aku lelah
Terus-terusan berusaha menjadi orang yang sempurna.
aku telah mencoba melewati segala tujuan hidup,seperti yang orang-orang inginkan terhadapku.tapi aku tidak kuat,batinku meraung kesakitan,gejolak jiwaku telah membara,membawaku berada dalam diriku yang mulai tidak bisa lagi kukendalikan.

Segala tekanan keadaan rumahku,perkelahian orang tuaku yang hampir setiap hari,dan kakakku yang menikahi kekasihnya akibat kenakalan remaja.Ditambah lagi dengan kesenjangan yang amat terasa,dalam sebuah hubungan seorang anak dan ibunya,membuatku dendam dengan mahluk yang namanya laki-laki.

Aku telah merubah diriku secara fisik,sejak laki-laki yang kupercayai mengkhianatiku.bersamaan dengan orang yang kusebut dengan ayah masuk kedalam tahanan.
Meskipun alasan masuknya kedalam tahanan,hanyalah rekayasa oleh orang-orang yang iri hati padanya,namun gambaranku tentang seorang laki-laki tidak lagi bisa aku rubah.
Kebencianku sudah terlalu melekat,rasa sakit hati,dan kekecewaan yang amat dalam,membuatku menutup pandangan dari laki-laki.

Aku tahu ini tidak benar
Dan aku sadari dengan pasti ini salah
Namun aku yakin kebersamaanku dengan sejenisku saat ini,hanyalah sementara.sampai aku menemukan seseorang,yang mampu lebih peduli denganku dan juga kehidupanku.Aku hanya tinggal menunggu waktu,hingga orang yang benar-benar kuinginkan hadir dalam hidupku dan kembali membawaku keluar dari penyimpangan ini.

tapi saat ini biarkan aku melangkah,menjalani hidup ini sesuai dengan yang kuinginkan,karena aku tak akan pernah mengerti sampai aku melaluinya.

Cobalah mengerti

Sabtu, 04 Juni 2011
Mungkin pada awalnya,yang hadir hanyalah rasa benci.
Namun aku yakin,perlahan kau akan mencoba untuk mengerti.
Mengapa aku,orang yang kau cintai, pergi meninggalkan jejak-jejak kerinduan untukmu.

Aku pergi bukan berarti marah.
Aku pergi mungkin untuk mengajarimu mengerti keadaan,yang terlalu sulit jika harus diselesaikan dengan dua kepala,yang masing-masingnya memiliki pola pikir yang berbeda.

Bagaimana kau bisa menilai sesuatu,jika kamu tidak paham.
cobalah mengerti tentang jauh egomu.
Tutupi kebencianmu.
Kenapa harus malu.

Autis

Sabtu, 14 Mei 2011
Seorang gadis kecil,yang kutemui diangkutan umum.
Terlihat begitu cantik,namun memiliki keterbelakangan.
Ada rasa iba yang besar,kala ia mulai mencoba berkomunikasi dengan orang tuanya,yang tidak pernah jauh sedikitpun dari dirinya.terlalu sulit bahasa yang ia gunakan,ditambah dengan berbagai expresi aneh yang sering terjadi pada anak autis lainnya.

Tetap kuberikan senyumanku,meskipun ia tak pernah tau,apa arti dari senyumanku
yang penuh dengan tanda tanya.
Ingin sekali aku berbincang dengannya,mencoba menanyakan seperti apa yang ia rasakan?
Mengertikah ia dengan keadaannya,yang berbeda dari orang pada dasarnya?

Namun..
Kubiarkan dia pergi dan berlalu begitu saja,
dan pertanyaan-pertanyaanku,tidak pernah sampai padanya.
Karena aku merasa,tidak sepantasnya menambah beban hidupnya dengan pertanyaanku,atau mungkin malah membuatnya semakin terpojokkan dengan keadaannya.

Alhamdulillah,gumamku dalam hati.Karena aku dipertemukan oleh seorang autis.
Sosok yang membuatku lebih mensyukuri diriku.
Sekilas mungkin orang akan merasa risih,jijik atau resah,dengan seorang yang memiliki sedikit keterbelakangan mental.
Namun,ini bukan ingin mereka,tidak ada seorangpun yang menginginkan jiwanya terjebak dalam diri yang tidak sempurna.
Jangankan orang autis,sosok orang yang sempurna secara lahiriapun kadang masih merasa terjebak dalam diri yang salah.

Sekilas mungkin kita pernah berfikir,untuk menjadi orang lain.yang memiliki perbedaan dari apa yang kita miliki,mencoba menjadi orang lain,dengan pola hidup yang jauh dari apa yang kita miliki.
Setiap orang pasti memiliki masalah,dan jika semua orang ingin menjadi orang lain,lantas siapa yang akan menjadi dirimu?
siapa yang akan mencintai dirimu?

Meski hal itu pernah terlintas dibenak ataupun hanya sekedar terucap dibibir saja.namun,aku berharap dengan tulisan ini,kita bisa lebih menghargai diri kita sendiri.
Tidak ada yang jauh lebih indah
Dari diri kita sendiri.

Tentangmu

Sabtu, 26 Maret 2011
Sore ini
langit memang telah usai menurunkan airnya,hanya saja masih menyisahkan udara yang sangat dingin.Membuatku membutuhkan kehangatan yang lebih dari sebelumnya.
Namun kali ini aku mencoba melewatinya,tanpa pakaian hangat.
Kubiarkan udara dingin terus menusuk tulangku,hingga aku betul-betul merasakan sakit yang teramat sangat.berharap dengan rasa sakit pada tubuhku,mampu membuatku mengalihkan rasa cemasku terhadap dirinya.
Dia yang terkasih,entah mengapa hari ini tak jua memberiku kabar seperti biasanya.
Aku mengerti,aku bukan satu-satunya hal yang harus diperhatikan olehnya,hanya saja aku butuh kabar pasti darinya.
Berulang kali kucoba menepis hal negatif tentang dirinya,tapi semakin semakin kucoba,aku semakin camas aku memikirkannya.
Malam hari tlah berlalu
Mataharipun tlah memancarkan sinarnya dan aku,masih dengan perasaan cemas yang sama.
Masih menanti kabar yang tak pasti bakalan hadir.